Oleh: Dr. Abdul Basith Jamal & Dr. Daliya Shadiq Jama
"Al-Qur’an ini menjadi rahmat, umumnya bagi semesta alam dan khususnya bagi manusia. Dalam berbagai ayatnya, Al-Qur’an banyak memperbincangkan tentang manusia dan rahasia kehidupannya dalam segala aspek yang berkaitan dengannya."
Al-Qur’an ini menjadi rahmat, umumnya bagi semesta alam dan khususnya bagi manusia. Dalam berbagai ayatnya, Al-Qur’an banyak memperbincangkan tentang manusia dan rahasia kehidupannya dalam segala aspek yang berkaitan dengannya. Misalnya tentang penciptaan manusia, kejiwaan manusia, tujuan hidup manusia, dan lain sebagainya.
Sebagai keutamaan dari kitab suci
Al-Qur’an, kebenaran dari setiap kata dan kalimat yang terdapat di dalamnya,
dapat dibuktikan secara ilmiah. Para ilmuwan telah banyak menemukan bukti-bukti
ilmiah ini, sehingga dugaan orang-orang yang menuduh Al-Qur’an dengan tidak
benar dapat dibantah.
Yang akan kami bicarakan berikut ini
menyangkut salah satu aspek yang berkaitan dengan manusia, yaitu masalah
penciptaan manusia.
Al-Qur’an telah menegaskan bahwa
manusia diciptakan secara khusus. Allah Swt berfirman: “Sesungguhnya Aku
akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Kusempurnakan
kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)-Ku, maka hendaklah kamu
tersungkur dengan bersujud kepadanya.” (QS Shaad: 71-72)
Dalam ayat lain, Allah Swt
berfirman: “Dan Allah menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari air mani…” (QS
Faathir: 11)
Kemudian, dalam ayat Al-Qur’an, kita
mendapatkan bahwa Allah Swt menegaskan penciptaan manusia ini dengan
menggunakan kata ‘Qad’ yang sebelumnya didahului dengan ‘lam’ yang memiliki
fungsi penegasan (lâm ta’kîd). Allah Swt berfirman: “Dan sesungguhnya Kami
telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya.”
(QS Qaaf: 16)
Demikianlah, Al-Qur’an menegaskan
kekhususan penciptaan manusia. Namun orang-orang sesat yang tidak mau mengakui
kebenaran Al-Qur’an menuduh Al-Qur’an bohong, karena menurut mereka, manusia
tercipta sebagai hasil dari evolusi makhluk lainnya. Makhluk yang mendahului
wujud asli manusia ini, mereka sebut sebagai ‘bapak’ bagi setiap binatang
menyusui.
Akan tetapi kebohongan mereka,
akhirnya terbongkar juga. Pada 1986, ketika para ahli arkeologi menemukan
sebuah fosil kera di Afrika, mereka menyimpulkan secara tegas tanpa ada
keraguan, bahwa antara kera dan manusia tidak ada hubungan sama sekali dalam
asal penciptaannya. Lihatlah bagaimana kebenaran senantiasa unggul di atas
kebatilan?
Al-Quran sendiri, ketika
menceritakan tentang penciptaan manusia, petunjuk yang terkandung didalamnya
mengandung kebenaran yang dapat dibuktikan secara ilmiah.
Kita perhatikan apa yang dikatakan
al-Quran tentang penciptaan manusia ini. Allah Swt berfirman:
“Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air.” (QS Al-Furqan: 54)
“Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air.” (QS Al-Furqan: 54)
“Dan Allah
menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari air mani.”
(QS Faathir: 11)
“Dari bumi
(tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu
pada kali yang lainnya.” (QS Thaaha: 55)
“Bukankah Kami
menciptakan kamu dari air yang hina?” (QS Al-Mursalat: 20)
“Maka
hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari
air yang terpancar. Yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada.
Sesungguhnya Allah benar-benar kuasa untuk mengembalikannya (hidup sesudah
mati).” (QS Ath-Thaariq: 5-8)
Dan banyak ayat lainnya yang seluruhnya menunjukkan bukti ilmiah yang terdapat dalam Al-Qur’an. Misalnya, dalam firman-Nya “Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air”, Allah Swt menegaskan bahwa asal penciptaan manusia adalah air. Ayat ini sesuai dengan bukti ilmiah yang mengatakan bahwa kira-kira 75 persen dari berat manusia adalah air.
Karenanya air sebagai asal segala
sesuatu yang diciptakan, merupakan unsur terpenting bagi setiap proses
kehidupan. Dalam tubuh manusia, air berfungsi untuk melunakkah bahan makanan
yang masuk ke dalam tubuhnya hingga mudah untuk dicerna.
Mengamati pembahasan Al-Qur’an
tentang penciptaan manusia, kita mendapatkan sebagian orang yang senantiasa meragukan
kebenaran Al-Qur’an, menentang apa yang telah disampaikan Al-Qur’an tentang
penciptaan manusia ini. Yaitu ketika mereka mengatakan bahwa Al-Qur’an tidak
konsisten dalam menyebutkan asal penciptaan manusia. Menurut mereka, dalam
salah satu ayat dikatakan: “Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu”. Sedangkan
dalam ayat lain disebutkan: “Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air”.
Dan dalam ayat lain dinyatakan:
“Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah”. Dan dalam ayat
lain: “Dan Allah menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari air mani”.
Bagaimana penafsiran atas beberapa ayat yang saling bertentangan ini?
Demikianlah mereka meragukan
kebenaran Al-Qur’an. Sebelum kami mematahkan argumen mereka, perlu kami
ingatkan hal penting berikut ini: Siapa pun yang ingin mendapatkan hakikat
kebenaran yang menyangkut suatu hal tertentu, maka pertama kali ia harus
melepaskan diri dari penilaian subyektifnya. Karena bagaimana ia akan berdialog
secara jujur dan obyektif dengan orang lain tentang sesuatu hal yang ia sukai?
Jika ia tidak mau melepaskan subyektifitasnya? Tentunya ia akan cenderung
membenarkan apa yang disukainya. Kemudian bagaimana ia akan berdialog secara
jujur dan obyektif tentang suatu hal yang ia benci? Jika ia tidak mau melepaskan
subyektifitasnya? Tentunya ia akan cenderung untuk menyalahkan apa yang
dibencinya.
Dan pada realitanya, memerhatikan
orang-orang yang memusuhi Islam dan menentang isi Al-Qur’an, kita hanya
mendapatkan sedikit dari mereka yang mau melepaskan subyektifitas mereka.
Sebaliknya, kita menemukan hati mereka telah dikuasai oleh kedengkian dan
kebencian kepada Islam.
Kedengkian yang menutupi mata hati
mereka, sehingga mereka tidak akan dapat menemukan kebenaran sejati yang mereka
idam-idamkan. Namun meski demikian, kami telah siap untuk mendiskusikan hal ini
dengan mereka secara ilmiah dan obyektif.
Memerhatikan Al-Qur’an melalui
ayat-ayatnya yang membicarakan tentang penciptaan manusia, kita akan
mendapatkan bahwa ia senantiasa menggunakan kata ‘min’ yang memiliki arti ‘dari
sebagian’ (juz-iyyah). Ketika Allah Swt berfirman: “Dan Dia (pula) yang menciptakan
manusia dari air”, maka kalimat ‘dari air’ berarti sebagian unsur-unsur
yang membentuk manusia, diambil dari air. Mengenai berapa persen kadar air
dalam penciptaan manusia, maka hakikatnya, hanya Allah Swt yang mengetahuinya.
Karena ‘penciptaan’ (al-khalqu) merupakan sifat yang hanya dimiliki oleh Allah
Swt.
Untuk mempermudah penjelasannya,
kami berikan contoh berikut: misalkan seseorang memliki bahan mentah A, lalu ia
mengolahnya menjadi bahan B, kemudian diubah sehingga menjadi bahan C dan
terakhir menjadi benda D. Tentang penciptaan benda D yang telah mencapai bentuk
jadinya, setelah mengalami beberapa proses perubahan, kita bisa saja mengatakan
bahwa D berasal dari bahan A, atau bahan B atau dari bahan C.
Bagi Allah-lah sifat yang Maha
Tinggi. Dia berfirman: “Tiada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dialah
Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS Asy-Syuura: 11)
Sebagaimana kalau kita perhatikan
ayat lainnya, yang mengatakan bahwa manusia diciptakan dari tanah (thîn)—”Sesungguhnya
Aku akan menciptakan manusia dari tanah”—kita mendapatkan hal yang sama,
yaitu penggunaan huruf ‘min’ yang menunjukkan arti kata ‘sebagian’.
Dan seperti yang telah kami jelaskan
sebelumnya, jenis tanah ini atau thîn adalah merupakan perpaduan antara air dan
debu (turâb). Mengenai cara pencampurannya dan hakikatnya, serta kadar
masing-masing unsur pembentuk manusia, maka hal itu tidak ada yang
mengetahuinya, kecuali Allah Swt.
Sebagian dari musuh Islam, ada juga
yang membuat bantahan atas firman Allah Swt: “Dan Allah menciptakan kamu
dari tanah, kemudian dari air mani”. Mereka berkata, “Dari apa sebenarnya
manusia diciptakan? Apakah dari tanah (debu)? Atau dari air mani? Jika benar
manusia diciptakan dari tanah sekaligus dari air mani, bagaimana hal itu bisa
terjadi?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
ini, kami katakan, sebagaimana yang telah kami jelaskan sebelumnya, bahwa
manusia tercipta dari gabungan beberapa unsur zat yang berjumlah 16, jumlah
yang sama yang menjadi unsur zat yang membentuk tanah (turâb).
Dan manusia mempunyai komposisi
khusus dalam perpaduan antara unsur-unsur ini dalam persentase kadarnya. Tidak
ada seorang pun yang memiliki kesamaan kadar unsur-unsur yang membentuk
tubuhnya. Allah Swt telah mengatur itu semua dengan kekuasaan dan pengetahuan-Nya.
Dia telah menetapkan komposisi unsur-unsur tanah ini sesuai kehendak-Nya.
Inilah tahapan pertama bagi penciptaan manusia dari unsur tanah.
Selanjutnya, unsur-unsur yang akan
membentuk manusia itu sesuai kadar yang telah ditentukan berubah dalam bentuk
janin, ketika dua orang manusia yang berlainan jenis melakukan hubungan badan,
dan terjadi pertemuan antara sperma laki-laki dengan sel telur perempuan yang
kemudian berproses menjadi janin. Demikianlah Allah Swt menetapkan unsur-unsur
tanah dan air mani, untuk menciptakan seorang manusia.
Untuk memudahkan penjelasannya, kami
berikan gambaran berikut ini, seorang ilmuwan, ketika memiliki keinginan untuk
membuat hasil karya tertentu, terlebih dahulu, ia menetapkan bahan-bahan
tertentu sesuai yang ia butuhkan sebelum ia memulai pekerjaannya. Setelah bahan
yang dibutuhkan tersedia sesuai kuantitas dan kualitas yang diperlukan, maka ia
dengan mudah dapat menghasilkan karyanya. Demikianlah Allah Swt menentukan
unsur-unsur yang digunakan-Nya untuk menciptakan manusia. Dan bagi-Nya Sifat
Yang Maha Tinggi.
Sesungguhnya ayat-ayat Allah Swt
yang terdapat dalam Al-Qur’an, mudah untuk dicerna oleh akal, karena logis dan
sesuai dengan realita. Hanya orang-orang yang akal dan hatinya tertutupi
‘kedengkian’ yang tidak mendapatkan petunjuk-Nya.
Selanjutnya dalam ayat lain, Allah
Swt menjelaskan bahwa air yang darinya manusia diciptakan adalah air mani yang
dalam bahasa Arabnya disebut “maa-un mahiin” atau “maa-un hayyin”, yang
memiliki arti sebagai air yang mempunyai potensi kehidupan yang lemah. Dan
sebagaimana yang telah kami jelaskan sebelumnya, bahwa Allah Swt pun telah
menciptakan manusia dari air mani (nuthfah). Nuthfah ini adalah air mani
laki-laki atau sperma.
Untuk dapat memahami petunjuk ilmiah
yang ada dalam firman Allah Swt: “Bukankah Kami menciptakan kamu dari air
yang hina?” kita sebaiknya memberikan penjelasan tentang kelompok binatang
bersperma atau spermatozoon.
Spermatozoon, sebagaimana tampak
dalam gambar, terdiri dari bagian kepala, bagian tengah dan bagian ekor. Dengan
menggunakan ekornya ini, binatang ini hidup dalam saluran air mani yang
memberinya makanan. Dan dikarenakan binatang ini merupakan makhluk hidup, maka
tentunya ia juga berasal dari air, sesuai firman-Nya: “Dan dari air kami
jadikan segala sesuatu yang hidup”.
Namun kekuatan yang dimiliki
binatang ini sangat lemah, sehingga kebanyakan dari spermatozoon ini mati
ketika terjadi pembuahan (fertilisasi). Akan tetapi, dengan kekuasaan Allah,
seseorang ketika mengeluarkan air maninya, jumlah yang ia keluarkan, bisa
mencapai 300 sampai 500 juta spermatozoon. Hal itu sebagai tanda ke Maha Tahuan
Allah, karena dari jutaan spermatozoon ini akan mati, saat terjadi pembuahan
antara sperma laki-laki dan sel telur perempuan.
Meskipun binatang ini lemah, namun
binatang inilah yang menjadi penentu jenis kelamin dari janin yang dikandung,
apakah laki-laki atau perempuan. Pengetahuan ilmiah ini, secara menakjubkan
dijelaskan Al-Qur’an dalam kata-kata yang singkat namun padat, ketika Allah Swt
berfirman: “Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina?”
Terlebih lagi, jika kita
memerhatikan cara pengungkapan di atas, di mana Al-Qur’an menyampaikannya dalam
bentuk pertanyaan. Seolah-olah Allah berkata kepada semua manusia—baik yang
beriman kepada-Nya maupun yang tidak beriman dan mengingkari kekuasan-Nya:
“Adakan penelitian oleh kalian berdasarkan ilmu genetika yang telah kalian
dapatkan! Lalu periksalah kondisi spermatozoon ini. Kemudian bandingkan antara
penemuan ilmiah yang kalian dapatkan dengan yang dijelaskan dalam Al-Qur’an!”
Jika kalian mendapatkan kebenaran
dalam Al-Qur’an, maka berimanlah! Dan jika tidak, maka kalian bebas berbuat apa
saja! Demikianlah cara pengungkapan Al-Qur’an. Dan pada realistasnya, tidak
mungkin akan terjadi perbedaan antara ilmu pengetahuan dan apa yang terdapat
dalam Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an sebagai Kitab Suci yang diturunkan Allah,
tidak mungkin di dalamnya terdapat kebohongan dan kebatilan. Karena yang
menurunkannya adalah Allah, yang telah menciptakan manusia dan alam semesta ini.
Bagaimana realitas kehidupan dan penciptaan akan bertentangan dengan apa yang
dikatakan oleh penciptanya.
Selanjutnya, kita akan mencoba
menjelaskan tentang petunjuk ilmiah lainnya, yang terdapat dalam firman Allah
Swt: “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari
kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah,
kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari
segumpal daging, yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami
jelaskan kepada kamu, dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki
sampai waktu yang sudah ditentukan.” (QS Al-Hajj: 5)
Pada bagian terdahulu, telah
dijelaskan tentang tahapan penciptaan manusia dari air mani, di mana sebelumnya
kadar unsur-unsur tanah bagi penciptaan seorang manusia, telah ditentukan oleh
Allah. Dalam pembahasan berikut ini, kami akan menjelaskan kelanjutan dari
tahapan tersebut, di mana Allah telah menentukan peta gen tertentu yang
mengandung semua sifat keturunan bagi seorang manusia yang akan diciptakan-Nya.
Dalam peta gen ini, Allah menentukan lokasi dan fungsi dari setiap gen yang
dibawa oleh kromoson-kromoson yang terjalin dalam sebuah jaringan.
Janin pada pertama kalinya terbentuk
dari sel yang dinamakan zygote yang dihasilkan dari pembuahan antara sperma dan
sel telur. Kandungan sifat keturunan yang dimiliki oleh masing-masing orang
tua, yang dibawa melalui kromoson inilah yang mengarahkan pembentukan janin dan
perkembangannya. Peta kromoson ini, seperti buku panduan yang tidak mungkin
ditiru dan disalin seperti aslinya, meskipun dengan menggunakan ilmu dan
teknologi tinggi. (Perhatikan! Peta kromoson mengatakan dengan pasti akan
kesaksiannya bahwa “Tiada Tuhan selain Allah”).
Namun sebelum proses pembentukan
janin dan perkembangannya, terjadi proses penentuan jenis kelaminnya
dikarenakan adanya perbedaan perkembangan antara janin laki-laki dan perempuan
dan perbedaan anggota tubuhnya. Yang berfungsi untuk menentukan jenis kelamin
ini, adalah nuthfah. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Al-Qur’an secara
ringkas dalam firman Allah: “Dan Allah menciptakan kamu dari tanah, kemudian
dari air mani (nuthfah).” (QS Al-Hijr: 26)
Setelah penentuan jenis kelamin
janin dan proses pemindahan kandungan sifat keturunan orang tua yang dibawa
oleh kromoson, selanjutnya adalah periode berikutnya yaitu periode alaqah atau
segumpal darah.
Al-alaqah dalam bahasa Arab berarti
darah yang membeku. Dan hal ini terbukti setelah dilakukan pengambilan gambar
atas janin pada periode ini dalam bentuk darah yang membeku, di mana anggota
tubuh belum terbentuk. Setelah dilakukan pengambilan gambar pada periode
selanjutnya, didapatkan bahwa janin telah berubah dalam bentuk segumpal daging
(mudh-ghoh) yang menampakkan bentuk tubuh yang sempurna dan yang belum
sempurna. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran: “kemudian dari segumpal
daging, yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna”.
Daging ini kemudian menempel di
dinding rahim sampai waktu yang ditentukan-Nya, yaitu waktu kelahiran. Rahim
bagi janin adalah seperti tempat tinggal dimana ia menetap di dalamnya selama
beberapa waktu tertentu sampai saatnya ia keluar ke alam dunia.
Dari penjelasan di atas, apa yang
dibuktikan oleh ilmu pengetahuan modern dengan bantuan teknologi canggih, telah
dijelaskan oleh Al-Qur’an 14 abad yang lalu. Apakah musuh-musuh Islam, setelah
ini, masih dapat mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah buatan Muhammad Saw?
Sama sekali tidak! Karena
sesungguhnya, Al-Qur’an ini adalah kalam Allah yang telah berfirman: “Dan
Kami turunkan (Al-Qur’an) itu dengan sebenar-benarnya dan Al-Qur’an itu telah
turun dengan (membawa) kebenaran.” (QS Al-Israa: 17)
Coba kita perhatikan firman Allah
Swt berikut ini yang terdapat dalam surah Ath-Thariq: “Maka hendaklah
manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang
terpancar. Yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. Sesungguhnya
Allah benar-benar kuasa untuk mengembalikannya (hidup sesudah mati).”
Dalam ayat di atas, Allah Swt
menyuruh manusia untuk berpikir dan meneliti, bagaimana ia diciptakan? Dan dari
apa dia diciptakan? Jawabannya: Dari air! Sebagaimana kita jelaskan sebelumnya.
Namun dalam kalimat berikutnya, Allah menyebutkan sifat dari air itu dengan
kata ‘daafiq’. Artinya air yang bergerak dan hidup. Dan hal inilah yang telah
dibuktikan oleh ilmu pengetahuan modern. Berdasarkan sains, spermatozoon bergerak
dengan menggunakan ekornya dalam salurah air mani sehingga bertemu dengan sel
telur dan terjadi pembuahan di antara keduanya.(Republika)