Istilah "perkembangan" (development) dalam psikologi merupakan sebuah konsep
yang cukup kompleks. Di dalamnya terkandung banyak dimensi. Oleh sebab itu,
untuk dapat memahami konsep dasar perkembangan, perlu dipahami beberapa konsep
lain yang terkandung di dalamnya, di antaranya: pertumbuhan, kematangan, dan
perubahan.
Secara
sederhana, Seiferr & Hoffnung[1]
mendefinisikan perkembangan sebagai “long-term changes in a person‟s growth, feelings, patterns of
thinking, social relationships, and motor skills.”
Sementara itu, Chaplin[2]
mengartikan perkembangan sebagai: (1) perubahan yang berkesinambungan dan
progresif dalam organisme, dari lahir sampai mati, (2) pertumbuhan, (3) perubahan
dalam bentuk dan dalam integrasi dari bagian-bagian jasmaniah ke dalam
bagian-bagian fungsional, (4) kedewasaan atau kemunculan pola-pola asasi dari
tingkah laku yang tidak dipelajari.
Dengan
demikian Perkembangan menghasilkan bentuk-bentuk dan ciri-ciri kemampuan baru
yang berlangsung dari tahap aktivitas yang sederhana ke tahap yang lebih
tinggi. Perkembangan itu bergerak secara berangsur-angsur tetapi pasti, melalui
suatu tahap ke tahap berikutnya, yang kian hari kian bertambah maju, mulai dari
masa pembuahan dan berakhir dengan kematian.
Karakter menurut Puerwadarminta adalah
watak, tabiat atau sifat-sifat kejiwaan.[3]
karakter atau watak adalah seluruh aku
yang nyata dalam tindakannya (insani). Dengan pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa karakteristik siswa adalah merupakan semua watak yang nyata
dan timbul dalam suatu tindakan siswa dalam kehidupannya setiap saat.
Sehingga dengan demikian, karena watak
dan perbuatan manusia yang tidak akan lepas dari kodrat, dan sifat , serta
bentuknya yang berbeda-beda, maka tidak heran jika bentuk dan karakter siswa
juga berbeda-beda
Siswa
Sekolah Dasar adalah anak yang secara formal sudah berusia berkisar 7-12 tahun,
dan telah memenuhi syarat umum untuk memasuki jenjang pendidikan formal pada
lembaga pendidikan formal setingkat Sekolah Dasar.
Jadi
yang dimaksud dengan perkembangan dan karakter siswa Sekolah Dasar dalam
makalah ini adalah watak, sifat-sifat atau tabiat kejiwaan yang di dalamnya terjadi
proses pertumbuhan, kematangan serta perubahan secara fisik maupun mental yang
terjadi secara bertahap pada anak usia 7-12 tahun.
B.
Perkembangan Siswa Sekolah Dasar
Anak usia Sekolah Dasar disebut sebagai masa anak-anak (midle
childhood). Pada masa inilah disebut sebagai
usia matang bagi anak-anak untuk belajar. Hal ini dikarenakan anak-anak
menginginkan untuk menguasai kecakapan-kecakapan baru yang diberikan oleh guru
di sekolah.
Salah satu tanda permulaan periode bersekolah ini ialah sikap
anak terhadap keluarga tidak lagi egosentris melainkan objektif dan empiris
terhadap dunia luar.[4] Jadi
dapat disimpulkan bahwa telah ada sikap intelektualitas sehingga masa ini
disebut periode intelektual. Hal ini sejalan dengan pendapat Nasution[5] bahwa
masa usia sekolah ini sering disebut sebagai masa intelektual atau masa
keserasian sekolah. Pada masa ini secara relatif anak-anak mudah untuk dididik
daripada masa sebelumnya dan sesudahnya.
Tahapan
perkembangan yang terjadi pada anak, dimulai sejak masih bayi, adapun tahapan-
tahapan yang di maksud adalah adalah berdasarkan klasifikasi sebagai berikut :
a. Tahap Sensorimotor
Tahap
Sensimotor ditandai pada saat usia seorang anak diantara 0-1 tahun. Pada saat
usia tersebut, seorang anak mulai mengenal dan memahami dirinya. Secara umum
aktifitas perkembangan anak dimasa bayi yaitu mulai menggunakan fungsi
inderanya, seperti menggenggam, mengisap dan melihat.
Adapun
ciri-ciri perkembangannya dapat diketahui dari tahapan-tahapan sebagai berikut [6] :
1.
Pada usia 0-3 bulan, seorang bayi normal
mengalami pertumbuhan dan perkembangan dengan ciri sbb ;
-
Pada umumnya bayi yang baru lahir
tangannya mengepal
-
Menangis, mengisap dan
mengerak-gerakkan tangan dan kakinya secara refleks
-
Matanya memandang sebentar ketika
melihat seseorang di depannya. Gerakan matanya mengikuti benda, mainan dan
wajah seseorang yang berada di hadapannya
-
Kadang-kadang bayi tersenyum ke arah
orang yang memandangnya
2.
Pada usia 4-6 bulan, aktifitas
pertumbuhan dan perkembangan seorang bayi dengan ciri sbb ;
-
Suka menggerak-gerakkan tangan dan
mampu memasukkan benda yang ada ditangan ke mulutnya.
-
Tangannya mampu menyentuh dan meraih
benda yang disodorkan ke arahnya
-
Bayi sering bersuara atau tertawa jika
diajak bercanda
3.
Pada usia 7-9 bulan, aktifitas
pertumbuhan dan perkembangan seorang bayi dengan ciri sbb ;
-
Mampu meraih mainan atau benda yang
disodorkan, memegangnya lalu memindahkan benda yang dipegang dari tangan satu
ke tangan lain
-
Timbul tingkah laku lekat dengan
orang-orang tertentu
-
Mampu berdiri beberapa detik dengan
cara dipegang kedua tangannya
4.
Pada usia 10-12 bulan, aktifitas
pertumbuhan dan perkembangan seorang bayi dengan ciri sbb ;
-
Mampu berdiri sendiri dengan
berpegangan pada meja, kursi atau penyangga lainnya
-
Suka meniru kata-kata dengan dieja,
seperti mamma atau pappa.
-
Mampu merangkak dan duduk dengan baik
Adapun pada masa rentan umur 15
bulan bayi sudah mampu berjalan selangkah demi selangkah. Dan pada usia 18
bulan seorang bayi sudah mampu berjalan dan jarang jatuh[7].
b. Tahap Praoperasi
Tahap
Praoperasi berlangsung pada saat usia anak mencapai 2-7 tahun. Pada masa
tersebut seorang anak sudah mulai mengembangkan kemampuan bahasa dan
ingatannya.
Pada
usia 2-3 tahun seorang anak mengembangkan kemampuannya dengan meniru. Peniruan
pada anak ada tiga macam yaitu; peniruan spontan, peniruan yang disuruh dan
peniruan campuran (gabungan dari meniru spontan dan pemikiran sendiri atau
perintah orang lain).[8] Selain
suka meniru, di usia 2-3 tahun anak juga menyukai mainan yang bisa membuat anak
senang dan tertawa.
Pada
saat usia 4-5 tahun, anak mengalami perkembangan yang sangat pesat, seperti
sudah dapat berbahasa, berkomunikasi dengan lancar, mendengarkan dengan baik,
serta menyatakan keinginan-keinginannya. Disamping itu, anak juga memiliki daya
ingat yang tinggi, semakin pintar dan kritis, memahami pesan serta memiliki
kebutuhan untuk berkompetisi.[9]
Pada
saat usia 6-7 tahun, anak sudah semakin kritis dan sudah pintar berdebat dengan
orang lain. Pada usia tersebut seorang anak sudah memasuki usia sekolah dan
sudah mampu menangkap dua bahasa secara lancar yaitu bahasa keseharian di rumah
dan bahasa Indonesia di Sekolah.[10]
c. Tahap Operasi Konkret
Pada
tahap Operasi Konkret, seorang anak sudah mulai berasosiasi dengan lingkungan
sekitarnya. Perkembangan tersebut biasanya terjadi pada saat usia anak mencapai
7-11 tahun.
Dengan
kemampuan interaksi terhadap lingkungan sosial tersebut, maka seorang anak
sudah dianggap mampu untuk mengembangkan pengetahuan dan pengalamannya,
sehingga pada usia tersebut dianggap sudah cukup bagi seorang anak untuk menempuh
jenjang pendidikan formal yaitu Sekolah Dasar.
Ciri
pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mulai menggunakan
aturan-aturan yang jelas dan logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang
berifat konkret. Anak sudah mampu melakukan proses transformasi informasi ke
dalam dirinya sehingga tindakannya lebih efektif, serta mampu menangani sistem
klasifikasi, pengelompokan dan pengaturan masalah (ordering problem). Namun masih bermasalah dalam berfikir abstrak.[11]
d. Tahap Operasi Formal
Pada tahapan Operasi Formal, seorang
anak telah mencapai usia 11-12 tahun dan telah memasuki usia remaja. Dalam
kondisi tersebut transisi perkembangan seorang anak mencapai kemampuannya dalam
mengembangkan hukum dan pertimbangan ilmiah.[12]
Pada
tahap ini, tahap awal adolesen, anak sudah mampu berpikir abstrak.
Karakteristik penting dalam tahap ini antara lain adalah (i) anak sudah mampu
berpikir “secara ilmiah”, berpikir teoretis, beragumentasi dan menguji
hipotesis yang mengutamakan kemampuan berpikir. (ii) Anak sudah mampu
memecahkan masalah secara
logis dengan melibatkan berbagai masalah yang terkait
C.
Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Karakteristik
siswa Sekolah Dasar memiliki hubungan yang sangat erat dengan perkembangannya,
karena itulah biasa disebut karakteristik perkembangan siswa Sekolah Dasar.
Karakteristik perkembangan siswa
Sekolah Dasar dapat diteliti berdasarkan tingkat usia perkembangannya,
intelektual, kognitif, bahasa, fisik dan emosi yang dimiliki pada setiap anak.
a . Perkembangan Secara Fisik
Perkembangan fisik peserta didik usia SD meliputi pertumbuhan
tinggi dan berat badan. Perubahan proporsi atau perbandingan antar bagian tubuh
yang membentuk postur tubuh, pertumbuhan tulang, gigi, otot, dan lemak.
Pertumbuhan dan perkembangan fisik anak menentukan
ketrampilan anak bergerak. Pertumbuhan dan perkembangan mempengaruhi cara
memandang dirinya sendiri dan orang lain, dalam melakukan penyesuaian antara
dirinya dan orang lain.
Pertumbuhan fisik peserta didik usia SD/MI lebih lambat
dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan masa sebelumnya dan sesudahnya (masa
puber dan remaja). Jadwal waktu pertumbuhan fisik tiap anak tidak sama. Banyak
faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik anak antara lain[13]
:
1. Pengaruh keluarga, yang
bersumber dari faktor keturunan dan faktor lingkungan
2. Jenis Kelamin, yaitu Anak laki-laki
cenderung lebih tinggi dan lebih berat dibandingkan dengan anak perempuan,
kecuali pada usia 12-15 tahun
3. Gizi
dan kesehatan.
4. Status
sosial dan ekonomi.
5. Gangguan
Emosional
b. Perkembangan
Intelektual
Pengertian kognitif meliputi aspek struktur intelek yang
dipergunakan untuk mengetahui sesuatu, dan dalamnya terdapat aspek: persepsi,
ingatan, pikiran, simbol, penalaran, dan pemecahan persoalan. Perkembangan
kognitif merupakan proses dan hasil individu dengan lingkungannya.
Pada anak usia SD, mereka mengalami tahap ketiga dan keempat
dari 4 tahap, yaitu: Tahap 3, Konkret Operasional (7-11 tahun) dan tahap 4, Formal Operasional (11 – 12 tahun).[14]
c. Perkembangan
Bahasa
Bahasa merupakan media komunikasi yang digunakan untuk
menyampaikan pesan, pendapat, perasaan dengan menggunakan simbol-simbol yang
disepakati bersama, kemudian kata dirangkai berdasarkan urutan membentuk
kalimat yang bermakna dan mengikuti aturan atau tata bahasa yang berlaku dalam
suatu komunitas atau masyarakat, bahasa dapat dibedakan menjadi 3, yaitu bahasa
lisan, bahasa tulis, dan bahasa isyarat.
Keterampilan dalam berbahasa memiliki 4 aspek atau ruang
lingkup, yaitu: keterampilan mendengarkan, keterampilan berbicara, keterampilan
membaca, keterampilan menulis.[15]
Anak dikatakan siap atau matang berbicara dan belajar bahasa
apabila aspek motorik bicara (koordinasi otot bicara) dan aspek mental bicara
(kemampuan berpikir) anak sudah mulai berfungsi dengan baik. Pada saat anak
mulai masuk sekolah merupakan masa yang paling baik untuk belajar bahasa.
Meskipun pada umumnya pula perkembangan keterampilan
berbahasa anak sama, namun tetapada perbedaan individual. Ada beberapa faktor
penyebab perbedaan tersebut, diantaranya : faktor kesehatan, faktor kecerdasan, jenis kelamin,
keluarga, keinginan atau dorongan komunikasi, dan kepribadian.
d. Perkembangan
Sosial
Perkembangan sosial
berarti perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Tuntutan sosial pada perilaku sosial anak tergantung dari
perbedaan harapan dan tuntutan budaya dalam masyarakat tempat anak tumbuh
kembangkan tugas perkembangannya.
Dalam belajar hidup
bermasyarakat diperlukan tiga proses dalam bersosialisasi, yaitu: belajar
berperilaku yang dapat diterima sosial, memainkan peran sosial yang dapat
diterima, dan Perkembangan sikap sosial. Ketiga hal tersebut, menjadi bagian
integral dari proses bagi seorang anak dalam melakukan transformasi sosial.[16]
[1]
Mamin Suparmin, Jurnal
Ilmiah SPIRIT: “Makna
Psikologis Perkembangan Peserta Didik” (Vol. 10. No. 2. Tahun 2010). h. 32
[2]
Ibid., h. 32
[3]
Puerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1984), h. 445
[4]
B. Simanjuntak dan Pasaribu, Psikologi Perkembangan;
Dasar Psikologi Kriminil. (Bandung: Tarsito,
1983). h. 68
[5]
Noehi Nasution, Psikologi Pendidikan. (Jakarta:
Universitas Terbuka, 1995). h. 44
[6]
Umi Istiqamah, Merawat dan Mendidik Anak. (Jakarta: PT
Widya Duta Grafika. Cet. I, 2005). h. 55-
58
[7]
Ibid., h. 58
[8]
Muhammad Thalib, Seni dan Sikap Islam Mendidik Anak.
(Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2001). h. 76
[9]
Ibid., h. 85
[10]
Umi Istiqomah. Op.cit., h. 95
[11]
Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran. (Yogyakarta:
Rinika Cipta, 2004). h. 38-39
[12]
Burhan Nurgiyanto, Jurnal Cakrawala Pendidikan “ Tahapan
Perkembangan Anak dan Pemilihan Bacaan Sastra Anak”. (Juni 2005, Th. XXIV, No.
2). h. 202
[13]
Umi Istiqamah, loc.cit., h. 71
[14]
Burhan Nurgiyanto, op.cit., h. 202
[15]
Burhan Nugiyanto, loc.cit., h. 208
[16]
Mansour Fakih, dkk., Pendidikan Popular, Membangun Kesadaran
Kritis. (Yogyakarta: INSIST dan PACT Indonesia. Cet. I, 2001). h. 25